JEJAK SANG GURU 24
BAB 28: Keputusan yang Berat
Hari-hari setelah kabar kepindahan Pak Ustaz terasa berbeda. Anak-anak di madrasah tidak seceria biasanya. Bahkan saat jam istirahat, tidak ada yang berlarian di halaman atau bermain kasti seperti biasa. Semua seakan kehilangan semangat.
Hasan tidak bisa diam saja. Ia merasa harus melakukan sesuatu. Bersama Jamal dan Umar, ia mengumpulkan teman-temannya di bawah pohon besar di dekat madrasah.
"Kita tidak bisa membiarkan Pak Ustaz pergi begitu saja," kata Hasan dengan penuh semangat.
"Tapi ini perintah dari Kementerian Agama, Hasan. Apa yang bisa kita lakukan?" tanya Umar ragu.
Hasan berpikir keras. "Bagaimana kalau kita meminta para orang tua untuk berbicara dengan kepala madrasah? Mungkin kalau semua warga desa setuju, Pak Ustaz bisa tetap mengajar di sini."
Malam harinya, Hasan dan beberapa temannya pergi ke rumah kepala madrasah, Pak Rahman. Mereka datang bersama orang tua masing-masing, termasuk ayah Hasan.
Di ruang tamu sederhana, Pak Rahman menerima mereka dengan wajah serius. "Ada apa kalian datang malam-malam begini?" tanyanya.
Ayah Hasan mewakili semua orang untuk berbicara. "Pak Rahman, kami ingin meminta pertimbangan ulang soal kepindahan Pak Ustaz. Beliau sudah seperti pilar di madrasah ini. Anak-anak butuh beliau, dan kami sebagai orang tua juga merasa madrasah ini tidak akan sama tanpanya."
Pak Rahman menghela napas panjang. Ia tampak mengerti perasaan mereka. "Saya juga berat melepas beliau. Tapi ini keputusan dari kementerian. Kalau saya menolak, bisa ada konsekuensi bagi madrasah."
Hasan memberanikan diri angkat bicara. "Pak, kalau semua orang di desa menginginkan Pak Ustaz tetap di sini, apakah tidak ada cara lain?"
Pak Rahman terdiam sejenak, lalu menatap mereka satu per satu. "Baiklah, saya akan berbicara dengan Pak Ustaz dulu. Kita lihat bagaimana pendapat beliau sendiri."
Keesokan harinya, Pak Rahman menemui Pak Ustaz di madrasah. Ia menyampaikan keinginan warga dan anak-anak untuk mempertahankan beliau di desa.
Pak Ustaz tampak terharu. Ia menatap semua muridnya dengan penuh kasih sayang.
"Saya tidak menyangka kalian begitu ingin saya tetap di sini," katanya dengan suara lirih.
Hasan dan teman-temannya mengangguk bersamaan. "Kami butuh Ustaz," ujar mereka hampir serempak.
Pak Ustaz tersenyum kecil. "Saya akan mencoba berbicara dengan pihak kementerian. Kalau memang ada kemungkinan tetap di sini, saya tidak akan keberatan."
Suasana kelas langsung berubah menjadi lebih ceria. Ada harapan baru bahwa mereka tidak akan kehilangan guru yang mereka cintai.
Namun, keputusan akhir masih belum jelas. Pak Ustaz harus pergi ke kantor Kementerian Agama di kota untuk membahas nasibnya.
Dan selama menunggu, Hasan dan teman-temannya hanya bisa berdoa agar guru mereka tetap di desa.
---
Komentar
Posting Komentar