JEJAK SANG GURU 30
Kabar yang Ditunggu
Sejak surat dari kakaknya datang, Hasan merasa hari-harinya lebih bersemangat. Ia sering bertanya-tanya kapan tepatnya kakaknya akan pulang, bagaimana keadaannya setelah lama merantau, dan apakah ia masih sama seperti dulu.
Di madrasah, Hasan mulai lebih rajin. Ia tidak lagi terlambat datang, bahkan kini lebih banyak bertanya saat pelajaran. Beberapa temannya yang dulu sering mengolok-oloknya karena dimarahi Ustaz Mahfud mulai heran melihat perubahan sikapnya.
Suatu sore, sepulang dari madrasah, Hasan memutuskan untuk melewati jalan belakang seperti biasa. Hujan baru saja reda, tanah masih sedikit becek, tetapi aroma rumput basah memberikan kesegaran tersendiri. Di tengah perjalanan, ia melihat Ustaz Mahfud sedang duduk di gubuk kecil di kebunnya, memperbaiki sabit yang sudah mulai tumpul.
"Assalamu'alaikum, Ayah," sapa Hasan sambil melangkah mendekat.
"Wa'alaikumussalam, San. Sudah pulang?" Ustaz Mahfud menoleh sambil tersenyum.
Hasan duduk di sebelah ayahnya, memperhatikan gerakan tangannya yang lincah mengasah sabit dengan batu. "Ayah, kapan Kakak pulang?"
Ustaz Mahfud menghela napas pelan. "InsyaAllah, dalam beberapa minggu lagi. Kita tunggu saja kabar selanjutnya."
Hasan mengangguk pelan. "Aku ingin banyak bercerita dengan Kakak nanti. Aku penasaran bagaimana kehidupan di kota."
Ustaz Mahfud tersenyum. "Kakakmu pasti punya banyak cerita. Tapi yang lebih penting, kau bisa belajar darinya. Kota dan desa itu berbeda, San. Tapi nilai-nilai yang kita pegang tetap sama, di mana pun kita berada."
Hasan mengangguk. Dalam hatinya, ia berjanji akan menyambut kepulangan kakaknya dengan penuh semangat.
---
Komentar
Posting Komentar