JEJAK SANG GURU 16

 Pagi-pagi sekali, setelah sarapan nasi jagung dan ikan asin, Hasan sudah bersiap pergi ke sawah bersama ayahnya. Udara masih dingin, embun menempel di rumput liar di sepanjang jalan setapak yang mereka lewati. Beberapa petani sudah terlihat di pematang, ada yang membawa cangkul, ada pula yang menuntun kerbau.

Hasan berjalan dengan langkah ringan, menikmati setiap langkah di tanah becek yang dingin. Ketika mereka sampai di sawah, ayahnya langsung mulai bekerja, mencangkul dan membersihkan gulma di sekitar tanaman padi. Hasan ikut membantu, meskipun lebih banyak bermain lumpur daripada benar-benar bekerja.

Tak lama, beberapa temannya muncul dari arah lain—Umar, Jamal, dan Asep. Mereka membawa bola kasti dan tersenyum lebar saat melihat Hasan.

"Hasan, ayo main di pinggir sawah!" Umar memanggilnya.

Hasan menoleh ke ayahnya. "Boleh, Yah?"

Ayahnya hanya tersenyum. "Boleh, tapi hati-hati jangan sampai jatuh ke sawah!"

Hasan langsung berlari menghampiri teman-temannya. Mereka bermain di tanah lapang di pinggir sawah, menggunakan bola kasti yang sudah sedikit usang. Permainan berlangsung seru, penuh tawa dan teriakan.

Namun, ketika Asep mencoba menangkap bola yang dilempar tinggi, ia kehilangan keseimbangan dan—byur!—jatuh ke dalam sawah.

Semua terdiam sejenak, lalu tawa pecah. Asep yang tubuhnya berlumuran lumpur hanya bisa nyengir. "Aduh, licin sekali!"

Hasan dan yang lain tertawa sambil membantu Asep naik kembali ke pematang. Namun, karena masih tertawa dan kurang hati-hati, tiba-tiba Hasan sendiri terpeleset dan jatuh menyusul Asep.

"Byuuur!"

Kali ini tawa semakin keras. Hasan duduk di tengah sawah, bajunya penuh lumpur, tapi ia ikut tertawa lepas. Ayahnya yang melihat kejadian itu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Kalian ini, hati-hati sedikit," tegurnya dengan nada lembut.

Meskipun begitu, Hasan dan teman-temannya menikmati momen itu. Bermain kasti di pinggir sawah, tertawa bersama, dan berlumuran lumpur adalah kenangan yang akan selalu mereka ingat—kenangan tentang masa kecil yang bebas dan penuh kebahagiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK SANG GURU 24

MENGULANG DEMONSTRASI