Posts

Showing posts with the label mahasiswa

DEMONSTRAN 3

 Setelah kembali dari desa, Nadya mulai mempertimbangkan saran ayahnya dengan lebih serius. Arif, yang telah mengabdikan dirinya untuk pendidikan di desa, memahami pentingnya memiliki akademisi dan pendidik yang berjuang di dalam sistem perkotaan. Bagi Arif, perubahan tidak hanya bisa dilakukan dari pinggiran, tetapi juga dari dalam institusi. "Kamu bisa lebih bermanfaat kalau tetap di kota, Nadya. Kamu bisa jadi asisten dosen, melanjutkan S2, dan suatu hari nanti, jadi dosen tetap. Dengan begitu, kamu bisa mendidik lebih banyak orang dan membawa perubahan dalam sistem," kata Arif saat mereka berbincang di ruang tamu rumah kontrakan Nadya di Malang. Nadya memahami maksud ayahnya. Pengabdian memang bukan hanya soal turun ke desa atau berdemo di jalanan. Ada banyak cara untuk memperjuangkan nilai-nilai yang diyakininya, termasuk melalui jalur akademik. Di kampusnya, Universitas Negeri Malang, ia mulai lebih aktif dalam kegiatan akademik, membantu dosennya dalam penelitian, dan ...

DEMONSTRAN 4

 Demonstrasi dengan tema #IndonesiaGelap terus berlanjut, menyuarakan isu ketidakadilan, kenaikan harga kebutuhan pokok, serta korupsi di berbagai sektor pemerintahan. Namun, media mainstream mulai memainkan perannya dengan memberitakan aksi mahasiswa secara tidak berimbang. Beberapa stasiun televisi nasional hanya menampilkan potongan-potongan rekaman yang menunjukkan ketegangan antara mahasiswa dan aparat, tanpa menyoroti tuntutan yang mereka bawa. Beberapa media bahkan menyebut demonstrasi ini sebagai aksi anarkis yang ditunggangi kepentingan tertentu. Di media sosial, tagar #ShameOnYou mulai trending di X (Twitter), sebagai bentuk kritik terhadap media yang dianggap tidak netral dan cenderung menyudutkan gerakan mahasiswa. Mahasiswa dan aktivis digital mulai membagikan video asli dari lapangan, yang menunjukkan bahwa demonstrasi sebenarnya berlangsung damai sebelum ada upaya provokasi dari pihak tertentu. Sementara itu, Nadya dan teman-temannya di Malang terus berusaha melurusk...

DEMONSTRAN 5

 Nadya duduk di depan layar laptopnya, membaca berita-berita terbaru tentang gerakan mahasiswa yang semakin mendapat tekanan dari berbagai pihak. Diskusi di media sosial memanas, dan beberapa teman aktivisnya mulai mendapatkan intimidasi dari akun-akun anonim. Tagar #ShameOnYou yang semula menggema di Twitter kini mulai dibanjiri oleh kontra-narasi dari buzzer yang berusaha menggiring opini publik bahwa gerakan mahasiswa ini hanyalah alat politik pihak tertentu. Sementara itu, di kampusnya, Sidra sebagai dosen sekaligus mantan aktivis terus memberikan wawasan kritis kepada para mahasiswa. Dalam sebuah diskusi di ruang seminar, ia mengingatkan bahwa sejarah telah menunjukkan bagaimana gerakan mahasiswa sering kali menghadapi represi dan distorsi informasi. "Dulu, di era 1998, pemerintah menggunakan media cetak dan televisi untuk menggiring opini. Sekarang, era digital membawa tantangan baru, yaitu perang informasi di dunia maya," kata Sidra. Nadya mulai menyadari bahwa perjuan...

DEMONSTRAN 1

 Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Slamet, Arif duduk di beranda rumah kayunya, menatap hamparan sawah yang mulai menguning. Suasana sore yang tenang hanya diiringi suara jangkrik dan gemericik air dari parit kecil di samping rumah. Sejak memutuskan meninggalkan kota dan menetap di desa ini, hidupnya jauh dari hingar-bingar pergerakan yang dulu begitu lekat dalam kesehariannya. Kini, ia lebih banyak menghabiskan waktu mengajar anak-anak desa di sekolah sederhana yang ia dirikan bersama beberapa warga setempat. Namun, meskipun telah lama meninggalkan dunia aktivisme mahasiswa, Arif tetap mengikuti perkembangan sosial-politik. Ia bukan lagi pembaca koran cetak seperti dulu. Kini, ponselnya selalu menyala dengan notifikasi dari portal berita daring, diskusi di grup Telegram, dan kanal YouTube yang membahas peristiwa politik terkini. Dunia telah berubah, tetapi ketimpangan dan ketidakadilan sosial masih tetap sama seperti dulu. Sore itu, putrinya, Nadya, menelepon dari Malang. “Aya...