JEJAK SANG GURU 23

BAB 27: Surat dari Kota

Suatu pagi yang cerah, seorang petugas pos datang ke madrasah dan menyerahkan sepucuk surat kepada Pak Ustaz.

"Surat dari kantor Kementerian Agama, Ustaz," kata petugas itu.

Pak Ustaz menerimanya dengan alis berkerut. Jarang sekali ia menerima surat dari kementerian, apalagi yang berstempel resmi.

Anak-anak yang melihat penasaran, termasuk Hasan.

Pak Ustaz membuka surat itu dan mulai membaca. Perlahan, ekspresi wajahnya berubah—ada keterkejutan sekaligus kebimbangan.

"Ada apa, Ustaz?" tanya seorang guru.

Pak Ustaz menghela napas dan menatap anak-anaknya. "Ini surat dari kantor Kementerian Agama. Saya mendapat tugas untuk pindah mengajar ke madrasah yang lebih besar di kota."

Madrasah langsung sunyi. Anak-anak saling berpandangan dengan ekspresi tidak percaya.

"Pindah?" suara Hasan lirih, hampir tidak terdengar.

Pak Ustaz mengangguk pelan. "Iya, saya ditugaskan mengajar di madrasah kota yang lebih besar. Ini perintah langsung, dan saya harus mempertimbangkannya."

Hasan merasa dadanya sesak. Ia tidak bisa membayangkan madrasah tanpa Pak Ustaz, guru yang selama ini bukan hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga membimbing mereka dalam kehidupan sehari-hari.

"Kapan, Ustaz?" tanya seorang murid lainnya dengan suara gemetar.

"Belum pasti. Saya masih perlu membahas ini dengan keluarga dan pihak madrasah."

Hari itu, pelajaran berjalan dengan lesu. Anak-anak sulit berkonsentrasi karena pikiran mereka dipenuhi oleh kemungkinan kehilangan Pak Ustaz.

Hasan pulang dengan langkah berat. Ia tidak pernah menyangka bahwa sosok yang begitu ia kagumi mungkin akan pergi meninggalkan desa mereka.

Di dalam hatinya, ia mulai berpikir, apakah ada cara untuk membuat Pak Ustaz tetap tinggal?


---



Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEJAK SANG GURU 24

MENGULANG DEMONSTRASI

JEJAK SANG GURU 16